Dari Nu'man bin Basyir berkata, Rasulullah saw. bersabda:
«تَكُوْنُ
النُّبُوَّةُ فِيْكُمْ مَاشَاءَ الله أَنْ تَكُوْنَ، ثُمَّ يَرْفَعَهَا
اللهُ إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا، ثُمَّ تَكُوْنُ خِلاَفَةٌ عَلَى
مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ فَتَكُوْنُ مَاشَاءَ اللهُ أَنْ تَكُوْنَ، ثُمَّ
يَرْفَعَهَا اللهُ إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا، ثُمَّ تَكُوْنَ مُلْكًا
عَاضًّا فَتَكُوْنُ مَاشَاءَ اللهُ أَنْ تَكُوْنَ، ثُمَّ يَرْفَعَهَا اللهُ
إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا، ثُمَّ تَكُوْنُ مُلْكًا جَبَرِيَّةً
فَتَكُوْنُ مَاشَاءَ اللهُ أَنْ تَكُوْنَ، ثُمَّ يَرْفَعَهَا اللهُ إِذَا
شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا، ثُمَّ تَكُوْنُ خِلاَفَةً عَلَى مِنْهَاجِ
النُّبُوَّةِ» ثُمَّ سَكَتَ» [رواه أحمد]
"Di
tengah kalian terdapat kenabian, dengan izin Allah ia akan tetap ada.
Kemudian Dia mencabutnya, ketika Dia berkehendak untuk mencabutnya.
Kemudian ada Khilafah yang mengikuti tuntunan kenabian, dengan izin
Allah ia akan tetap ada. Kemudian Dia mencabutnya, ketika Dia
berkehendak untuk mencabutnya. Kemudian setelah ada penguasa zalim,
dengan izin Allah ia akan tetap ada. Kemudian Dia mencabutnya, ketika
Dia berkehendak untuk mencabutnya. Kemudian ada penguasa diktator,
dengan izin Allah ia akan tetap ada. Kemudian Dia mencabutnya, ketika
Dia berkehendak untuk mencabutnya. Kemudian ada Khilafah yang mengikuti
tuntunan kenabian. Kemudian beliau diam. (H.r. Ahmad)
Pendahuluan
Pada
hari-hari ini, tengah berlangsung peringatan Isra' Mikraj, dimana
Rasulullah saw. telah diperjalankan dari masjid al-Haram ke masjid
al-Aqsa, kiblat pertama dari dua kiblat, masjid kedua di antara dua
masjid, dan tanah suci ketiga. Kini, al-Aqsa masih tetap menjadi
tawanan, yang menanti untuk dibebaskan. Sungguh, al-Aqsa tidak akan
pernah menjadi tawanan, seandainya kaum Muslim mempunyai satu negara
yang menerapkan syariat Allah, menjaga kemuliaan dan kehormatan mereka.
Sultan
'Abdul Hamid II, khalifha 'Utsmaniyah kala itu, menolak mentah-mentah
permintaan Dr. Theodore Hertzl, bapak Zionis, seraya menyatakan:
"Nasehatilah
temanmu Hertzl agar tidak mengambil langkah-langkah baru dalam masalah
ini. Sebab, saya tidak akan bisa mundur dari tanah suci (Palestina) ini,
walau hanya sejengkal. Karena tanah ini bukanlah milikku. Tanah ini
adalah milik bangsa dan rakyatku. Para pendahuluku telah berjuang demi
mendapatkan tanah ini. Mereka telah menyiraminya dengan tetesan darah.
Biarlah orang-orang Yahudi itu menggenggam jutaan uang mereka. Jika
negeriku tercabik-cabik, maka sangat mungkin mendapatkan Palestina tanpa
imbalan dan balasan apapun. Namun patut diingat, bahwa hendaknya
pencabik-cabikan itu dimulai dari tubuh dan raga kami. Namun, tentu aku
tidak menerima ragaku dicabik-cabik selama hayat masih di kandung
badan."
Tepat sekali, apa yang dinyatakan oleh Sultan Abdul Hamid.
Maka, untuk mengambil Palestina, kaum Zionis itu menyusun rencana untuk
menghancurkan Khilafah, dan setelah itu semuanya bisa dengan mudah
mereka dapatkan, tanpa imbalan apapun. Itulah nasib Palestina, setelah
Khilafah yang menaunginya tidak ada lagi.
Allah Berjanji Akan Mengembalikan Khilafah
Dalam al-Qur'an, surat an-Nur [24]: 55, Allah berjanji untuk mengembalikan khilafah (istikhlaf), melalui firman-Nya:
]وَعَدَ
اللهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ
لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي اْلأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ
قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ
وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لاَ
يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ
الْفَاسِقُونَ[
"Allah Telah berjanji kepada orang-orang yang beriman
di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa dia sungguh-
sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana dia
Telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh dia
akan meneguhkan bagi mereka agama yang Telah diridhai-Nya untuk mereka,
dan dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam
ketakutan menjadi aman sentausa. mereka tetap menyembahku-Ku dengan
tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. dan barangsiapa yang
(tetap) kafir sesudah (janji) itu, Maka mereka Itulah orang-orang yang
fasik." (Q.s. an-Nur [24]: 55)
Benar. Itu adalah janji diberikannya
kekuasaan (istikhlaf). Itulah janji ilahiyah yang agung, yang telah
mendarah daging dalam kehidupan umat Islam yang agung, yang pernah
diberi kekuasaan oleh Allah di muka bumi. Maka, umat ini pun telah
memeluk akidah Islam, mengimani Allah sebagai tuhannya, Muhammad sebagai
Nabi dan Rasul-Nya, serta Islam sebagai agamanya. Umat ini telah
memerintah dengan apa yang diturunkan oleh Allah, dan mendirikan negara
Khilafah Islam, yang telah berdiri sepanjang zaman, yang pertama adalah
Abu Bakar as-Shiddiq dan terakhir Abdul Majid II, rahimahullah. Semuanya
itu telah berlangsung sekian lama, kurang lebih 13 abad.
Kaum Muslim
telah hidup sepanjang kurun yang lama di bawah naungan negara Khilafah,
yang memberlakukan hukum-hukum syara' kepada mereka dalam seluruh aspek
kehidupan, serta mengemban dakwah kepada seluruh umat manusia melalui
jihad fi sabilillah, sehingga terjadilah berbagai pembebasan dan
kemenangan. Orang-orang pun dengan berbondong-bondong masuk ke dalam
agama ini. Akhirnya umat ini pun benar-benar telah memperoleh kemuliaan
dan kekuasaan (istikhlaf). Semua kesempatan itu diperoleh karena mereka
mempertahankan negara yang menjaga kehormatan hukum, menjalankan syariah
Allah, mempertahankan wilayah kaum Muslim, mengemban Islam ke seluruh
dunia dengan dakwah dan jihad fi sabilillah. Dengan begitu, ia berhak
mendapatkan janji Allah, sekaligus membenarkan kabar gembira Rasulullah
yang berdabda:
«وَسَتَكُوْنُ خُلَفَاءُ فَيَكْثُرُوْنَ» [رواه مسلم]
"Akan ada para Khalifah, dan jumlah mereka banyak." (H.r. Muslim)
Memang
benar, itu adalah janji Allah SWT. yang telah berhasil didirikan oleh
Rasulullah saw. Setelah itu, diterima oleh para Khulafa' Rasyidin. Kaum
Muslim setelahnya pun tetap konsisten mengikutinya, hingga negara itu
runtuh. Namun, dengan izin Allah, ia pun akan kembali lagi, sebagaimana
janji Allah, dan kabar gembira Rasulullah saw.
Hakikat Khilafah:
Al-Ustadz
'Utsman Abu Khalil, Juru bicara Hizbut Tahrir Sudan, menyatakan, bahwa
dengan sistem Khilafah itulah semua urusan umat Islam ini berhasil
disatukan, dan itulah yang akan mempersatukan umat, menaungi dan
melindunginya. Masih menurutnya, saat ini kita menyaksikan, bagaimana
umat Islam telah dihinakan dan dikerubuti oleh umat manusia dari
berbagai sisi, karena tidak ada negara (Khilafah) yang melindunginya.
Sungguh
tepat sekali ungkapan al-Imam al-'Allamah as-Syaikh Taqiyuddin
an-Nabhani ketika menggambarkan Khilafah ini dengan gambaran yang sangat
akurat, seraya mengatakan, "Khilafah adalah arus utama Islam, dan apa
yang selalu dikelilingi... Dengannya, agama akan terjaga, dan Islam pun
akan terlindungi. Hudud akan bisa ditegakkan. Berbagai kejahatan akan
bisa dicegah. Dengannya perbatasan akan bisa dijaga. Wilayah yang
dilindungi akan tetap terjaga, dan tidak akan dilanggar..
Namun,
"arus utama" ini nyaris ditinggalkan oleh kaum Muslim, seiring dengan
terpisahnya mereka dengan negara Khilafah, yang telah runtuh pada
tanggal 28 Rajab 1342 H, bertepatan dengan tanggal 3 Maret 1924 M di
tangan seorang Yahudi, Freemasonry, Mustafa Kamal Attaturk, antek
Inggeris. Dengan menyingkirkan pemerintahan Islam, mengusir khalifah dan
keluarga 'Utsmani untuk meninggalkan ibukota Istambul dengan arahan dan
dukungan penjajah Inggeris-Kafir. Semuanya itu untuk melaksanakan apa
yang ditetapkan oleh Menlu Inggeris kala itu, Lord Curzon, sebagai
persyaratan busuk yang ditetapkan kepada bangsa Turki dalam Konferensi
Lausanne, yang dipenuhi kebusukan. Setelah penandatanganan Perjanjian
Lausanne pada tanggal 24 Juli 1923, tentara Inggeris meninggalkan
Istambul dan Madzahiq.
Dengan bangga, Curzon menyatakan di depan
Parlemen Iggeris ketika itu, "Turki telah dihancurkan, dan tidak akan
pernah bisa bangkit kembali, karena kita telah menghancurkan kekuatan
moralnya, yaitu Khilafah dan Islam."
Al-Ustadz Fauzi Sinnuqarth, penulis buku at-Taqarrub Ila-Llah, Thariqu at-Taufiq, menyatakan:
Saya
ingat, pada tahun 1924 di kota al-Khalil (Palestina), ada salah seorang
Yahudi berkata kepada tetangganya yang Muslim, "Umatmu kemarin
benar-benar telah mati." Orang (Muslim) tersebut tidak paham apa makna
kalimat ini, kecuali setelah beberapa hari kemudian, setelah dia tahu
bahwa negara Khilafah telah dihancurkan. Sementara Yahudi yang busuk itu
sudah memahami makna kehancuran Khilafah, bahwa ia bagaikan ibu (induk)
yang mengumpulkan anak-anaknya. Khilafahlah yang menyatukan kaum Muslim
dalam satu negara, satu kepemimpinan, satu tentara, dan satu tujuan.
Begitulah,
Khilafah benar-benar telah runtuh dengan mudahnya, dan benar-benar
telah dihancurkan. Islam telah dihancurkan sebagai UUD negara,
perundang-undangan umat dan sistem kehidupan, melalui tangan Inggeris
dengan menggunakan antek dan orang upahannya, sang pengkhianat, Mustafa
Kamal Attaturk. Tak ada lagi pemerintahan Islam, setelah runtuhnya
Khilafah 'Utsmaniyah, kecuali hukum-hukum syara' telah diubah. Makna
persatuan dan ikatan jamaah di antara sesama Muslim pun telah
dihancurkan. Negeri-negeri Islam telah dikerat-kerat menjadi beberapa
entitas, keratan dan negara-negara kecil yang tidak mampu menghadapi
musuh tanpa bantuan dari negara Kafir. Akhirnya negeri-negeri itu telah
berubah menjadi wilayah kekuasaan negara-negara besar, atau setidaknya
menjadi pasien negara-negara besar, atas nama sejumlah negara.
Padahal, Rasulullah saw. telah bersabda:
«إِذَا بُوْيِعَ لخَِلِيْفَتَيْنِ فَاقْتُلُوْا الآخِرَ مِنْهُمَا»
"Jika telah dibai'at dua khalifah, maka bunuhlah yang terakhir di antara keduanya."
Beliau juga bersabda:
"Jika
kalian didatangi oleh orang yang ingin mematahkan tongkat kalian, dan
memecah belah jamaah kalain, maka penggallah lehernya, siapapun dia."
Allah Menyiapkan Lahirnya Hizbut Tahrir
Allah
telah menyiapkan dari rahim umat ini sebuah partai yang telah didirikan
oleh putra-puterinya, yang berjuang dan terus-menerus berjuang guna
melanjutkan kehidupan Islam dengan mendirikan negara Khilafah. Negara
Khilafah yang akan menerapkan Islam dan menyatukan kaum Muslim.
Berdirinya Hizbut Tahrir adalah memenuhi panggilan Allah SWT:
]وَلْتَكُنْ
مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ
وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ[
"Hendaknya
ada di antara kalian satu umat yang menyeru pada kebaikan (Islam),
mengajak pada kemakrufan dan mencegah dari kemunkaran, dan mereka itulah
orang-orang yang beruntung." (Q.s. Ali 'Imran [03]: 110)
Bertujuan
untuk membangkitkan umat Islam dari kemerosotan luar biasa yang telah
menimpanya, membebaskan mereka dari pemikiran Kufur, sistem dan
hukumnya, juga dari hegemoni dan cengkraman negara-negara Kafir.
Juga
bertujuan untuk mengembalikan Khilafah kembali, sehingga pemerintahan
berdasarkan apa yang diturunkan oleh Allah itu benar-benar kembali. Dari
tangan al-'Allamah as-Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani, kelompok ini lahir.
Kelompok yang kemudian diberi nama Hizbut Tahrir, yang berarti partai
pembebasan.
Sosok Pendiri dan Amir Pertama Hizbut Tahrir
As-Syaikh
Fathi Muhammad Salim, penulis buku al-Istidlal bi ad-Dzan fi
al-'Aqidah, menuturkan sejarah singkat al-'Allamah as-Syaikh Taqiyuddin
an-Nabhani, rahimahu-Llah. Dalam penuturannya beliau menyatakan, bahwa
an-Nabhani lahir dari gudang ilmu (bait al-'ilm). Kakeknya, as-Syaikh
Husein an-Nabhani, adalah ulama' besar di era Khilafah 'Utsmaniyyah.
Beliau, al-'Allamah as-Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani --rahimahu-Llah--
mendapatkan pendidikan agama Islam dalam sebuah keluarga yang Islami.
Kemudian berpindah ke al-Azhar, dan belajar di sana. Beliau telah
memperoleh 4 ijazah:
(1) Ijazah Tsanawiyah al-Azhar,
(2) Ijazah al-Ghuraba',
(3) Ijazah di Bidang Peradilan,
(4) Ijazah al-'Alamiyyah.
Ijazah
al-'Alamiyyah ini saat ini setara dengan ijazah doktor. Beliau kemudian
kembali ke Palestina, dan aktif dalam tugas di bidang pendidikan.
Setelah itu, beralih ke tugas di bidang peradilan, dan aktif di Mahkamah
Tinggi di sana.
Ini dari sisi suasana keislaman, baik dalam kontek
belajar maupun mengajar. Beliau adalah orang yang mempunyai kepekaan dan
kejeniusan yang luar biasa. Beliau bisa merasakan dan menggambarkan
kebangkitan, akibat dari berbagai kemerosotan yang telah menimpa umat
ini, dan berbagai musibah yang menderanya.
Setelah melalui kajian
yang panjang, beliau terinspirasi dengan gagasannya yang pertama, yaitu
tentang kebangkitan. Karena itu, Islam harus dikembalikan dalam
kehidupan, dan Khilafah Islam yang dinyatakan oleh Rasul saw. sebagai
kabar gembira yang akan kembali berdasarkan tuntunan kenabian juga harus
ditegakkan. Beliau kemudian kembali ke Palestina, dan merasakan
kemerosotan yang telah terjadi. Kemudian hijrah ke Beirut, dan setelah
itu kembali lagi. Artinya, berbagai musibah tersebut telah menimpanya
persis seperti yang beliau rasakan. Karena itu, beliau sangat
terpengaruh dengan kemerosotan dan apa yang telah terjadi dalam Krisis
Palestina. Dari situlah, memicu munculnya pertanyaan; apa tugas kaum
Muslim yang ada di seluruh dunia? Beliau melihat, bahwa realitas
tersebut hanya bisa diselesaikan dengan Islam.
Setelah itu, hasil
kajian beliau yang dilakukan secara terus-menerus dan konstan, baik
terhadap fakta ataupun berbagai gerakan yang tengah berjuang di
tengah-tengah masyarakat, dengan menyarikan dan mendiskusikannya,
semuanya itu telah menghasilkan buah. Intinya, bahwa harus ada
perjuangan, tapi bukan hanya sekedar berjuang, melainkan perjuangan yang
terukur.
Tentu, dan perjuangan itu untuk membangun pemikiran,
dengan tujuan yang jelas, sebagaimana gagasan yang menginspirasi pikiran
beliau sebelumnya, yaitu kebangkitan.
Hizbut Tahrir Lahir di Masjid al-Aqsa:
Al-Ustadz Fauzi Sinnuqarth, menuturkan sejarah awal terbentuknya Hizbut Tahrir:
Saya
ingat, bahwa pertama kali beliau menjelaskan masalah Khilafah, ketika
berada di Masjid al-Aqsa yang penuh berkah, di salah satu sudut sebelah
barat daya. Di sana terdapat ruangan yang memanjang. Beliau berbicara
kepada banyak orang setelah shalat Jum'at, suatu pembicaan yang sangat
menyentuh dan jelas. Di sekeliling beliau ketika itu berkumpul ratusan
orang. Beliau menceritakan kepada mereka Sirah Nabawiyyah. Sesekali
beliau menceritakan wafatnya Rasulullah saw, dan bagaimana kaum Muslim
setelah beliau wafat, mereka menyibukkan diri di Saqifah Bani Sa'adah
untuk mengangkat seorang khalifah bagi mereka, sementara mereka
membiarkan pemakaman beliau sampai bia'at kepada Abu Bakar as-Shiddiq
berhasil dilakukan.
Jadi, itu merupakan pembahasan, dan pembicaraan
pertama tentang penegakan khalifah serta seruan untuk menegakkannya.
Peristiwa itu terjadi tepat pada tahun 1950 M. Syaikh Taqiyuddin
kemudian melanjutkan kontak beliau dengan orang yang menginginkan
kebaikan, yaitu para pemuda dari al-Quds. Lalu beliau pun mengontak para
pemuda yang lain lagi, yang menginginkan kebaikan, atau beliau tahu
kalau mereka itu baik dari daerah al-Khalil dan Tulkarim. Ketika beliau
mendengar ada seseorang yang menginginkan kebaikan, atau beliau merasa
bahwa dia baik, pasti akan beliau kontak. Dengan cara seperti itu,
beliau berhasil merekrut banyak orang.
Beliau mengajak mereka
berdiskusi dengan mendalam. Misalnya, diskusi beliau dengan salah
seorang dari keluarga 'Azzah, dan keluarga Hammad, sebuah diskusi yang
mendalam. Melalui diskusi tersebut, beliau menulis pembahasan al-Qiyadah
al-Fikriyyah fi al-Islam (kepemimpinan intelektual dalam Islam) yang
telah dimasukkan dalam kitab Nidzam al-Islam. Diskusi beliau dengan
seseorang, namanya Said Ramadhan tentang akhlak. Setelah itu, beliau
menulis al-Akhlaq fi al-Islam (Akhlak di dalam Islam) dalam kitab Nidzam
al-Islam.
Hizbut Tahrir di Yordania
Tokoh Hizbut Tahrir asal
Yordania, as-Syaikh Fathi Muhammad Salim, menuturkan bahwa di Yordania,
ada orang yang bertugas mengontrol gerakan politik, gerakan atau
kelompok. Dia mengirim utusan kepada as-Syaikh Taqiyuddin, dengan
membawa sejumlah uang, yaitu beberapa Dinar. Utusan tersebut kemudian
mengatakan kepada Syaikh, "Ini merupakan kompensasi untuk Anda dari
kelompok." Tak lama kemudian beliau menyatakan kepada utusan tersebut,
dan ternyata di bawah sebuah traktor ada dua bekas roda, di sana ada
buah tomat, seraya berkata, "Ini cukup bagiku, dan aku tidak butuh uang
dari Inggeris."
Ini yang pertama. Beliau terus melangkah dengan
dakwahnya, sehingga nyaris menghadapi kesulitan. Dengan kata lain,
aktivitas beliau mulai meluas, dan tertanam di tengah masyarakat, dan
mulai banyak pengikut. Sehingga personil tentara ketika itu ratusan
orang telah bersama Hizb, dan setiap orang yang siap halqah jumlahnya
ribuan. Setiap orang telah diatur menjadi sebuah sistem, dan meyakini
Hizb. Pada saat itu, kelompok tersebut berpikir tentang sesuatu yang
lain, yaitu usaha untuk mengenyahkan Syaikh Taqiyuddin.
'Abbas
al-Haj Naji, salah seorang mantan personil tentara Yordania, menuturkan
pengalamannya tentang as-Syaikh Taqiyuddin, ketika memberikan ceramah di
Jami'ah al-Kulliyah al-'Ilmiyyah al-Islamiyyah. Beliau menyatakan,
"Tahun 1952, beliau memberian ceramah di Jami'ah al-Kulliyah
al-'Ilmiyyah al-Islamiyyah, dan saya waktu itu sedang shalat di belakang
beliau. Ketika sosok ini berceramah di atas mimbar, satu-satunya masjid
di 'Amman (Yordania), dimana para duta dan menteri semuanya shalat di
masjid itu.
Mukaddimah khutbah Syaikh Taqiyuddin, yang selalu saya
ulang-ulang, ketika saya masih di kesatuan tentara, dan sampai sekarang
masih ada di atas mimbar tersebut. Beliau membuka khutbah dengan
mukaddimah,
"Segala puji hanya milik Allah, yang telah memberikan
hidayah kepada kita dalam perkara ini. Dan kita tidak akan mendapatkan
hidayah, kalau bukan karena kita telah diberi hidayah oleh Allah. Tak
ada yang aku yakini, aku jadikan tempat berlari dan berserah diri,
kecuali kepada Allah. Wahai hamba Allah, aku wasiatkan kepada Anda dan
diriku untuk senantiasa bertakwa dan taat kepada Allah yang Maha Agung.
Aku peringatkan Anda dan diriku, dari maksiat dan menyimpang dari
perintah dan larangan-Nya, berdasarkan firman-Nya:
"Siapa saja yang
melakukan kebaikan, itu adalah untuk dirinya, dan siapa saja yang
melakukan keburukan, sesungguhnya itu adalah untuk dirinya. Dan tuhanmu
tidak akan pernah berbuat zalim kepada para hamba-Nya."
Saya
bersaksi, bahwa tidak ada yang berhak disembah melainkan Allah semata,
tiada sekutu bagi-Nya. Dialah yang mempunyai kerajaan, dan segala puji
hanya untuk-Nya. Dialah yang menghidupkan dan mematikan. Dia Dzat yang
Maha Hidup, dan tak kan pernah mati. Kepada-Nya tempat kembali. Aku
bersaksi, bahwa Muhammad adalah hamba-Nya, rasul-Nya, orang yang paling
loyal kepada-Nya, teman setia-Nya, makluk terbaik-Nya, Nabi-Nya,
peyampai risalah-Nya, yang menunaikan amanah-Nya, yang menasehati umat,
dan yang berjihad di jalan Allah dengan sebenar-benarnya hingga bukti
(Islam) itu datang kepadanya.
Inilah mukaddimah Syaikh Taqiyuddin di
Jami'ah al-Kulliyah al-Islamiyyah, dengan impresi yang luar biasa.
Ketika itu berhasil menarik imam masjid tersebut, dan dia pun
menyampaikannya di atas mimbar. Ketika itu, saya mendengarkannya, dan
Allah memberikan taufik kepada saya. Alhamdulillah.
Periode Pembentukan Organisasi
Al-Ustadz
Fauzi Sinnuqarth, menyatakan bahwa pada periode tersebut, as-Sayikh
Taqiyuddin menceritakan kepada syabab bagaimana caranya membangun kutlah
(organisasi), yaitu organisasi yang berbentuk partai, dan bagaimana
aktivitas organisasi tersebut. Jadi, itu sekaligus merupakan kitab yang
pertama kali ditulis, yaitu kitab at-Takattul al-Hizbi, tepatnya tahun
1950 atau 1952.
Setelah itu, ditulislah kitab Nidzam al-Islam, dan
dicetak sebanyak 100 eksemplar pada salah satu percetakan di salah satu
kota al-Quds dengan biaya 45 Dinar. Sebagian disebarkan, dan mulailah
aktivitas diskusi dan menarik perhatian publik untuk berlajar di masjid
al-Aqsa dengan Hizb.
Maka, mulailah terjadi pertarungan intelektual
pada periode tersebut. Pada awal tahun 1954, dibuatlah kitab an-Nidzam
al-Iqtishadi, dan pada tahun 1955 dituliskan kitab Nidzam al-Hukmi fi
al-Islam. Pada rentang waktu tersebut telah terjadi pertarungan
intelektual secara mendalam dan juga interaksi (dengan umat), baik
dengan pengikut Sosialis, Ba'ats, Nasionalis, maupun Gamal Abdul Naser.
Pertarungan tersebut berlangsung dengan sengit di semua arena. Di
masjid, sekolah, momen dan jalan-jalan. Anda akan melihat perdebatan di
jalan-jalan, di semua tempat, tentang Nasionalisme, Naserisme,
Sosialisme, dan Teori Dialektika.
Beliau menyatakan, "Kami
memahamkan kepada para pengikut Sosialis tentang apa itu Teori
Dialektika? Kami sampaikan, bagaimana hakikatnya dan bagaimana
kritiknya. Sampai Partai Sosialis, pada tahun 1955, membuat peringatan
resmi kepada seluruh anggota partainya, agar tidak berdebat dengan
Hizbut Tahrir tentang akidah. Resmi, pada tahun 1955. Pada tahun 1956,
Abdul Naser mulai marah. Dia kami sebut sebagai Hubalnya zaman itu."
Pada waktu itu, ada ungkapan yang menyatakan, "Dua orang, kalau sudah
bicara, maka semuanya akan diam: Abdul Naser dan Ummi Kaltsum. Selesai,
diam!" Ketika itu, satu-satunya yang menentang Abdul Naser dan
membongkarnya, bahwa dia adalah antek Amerika dan menjalankan rancangan
Amerika, hanya Hizbut Tahrir saja, di seluruh penjuru dunia Arab. Bukan
Ikhwan al-Muslimin, juga pasti bukan para pengikut Ba'ats. Bukan pula
pengikut Sosialis, dan juga bukan yang lain.
Dengan demikian, akibat
dari semuanya itu, maka Hizb menerima banyak sekali ujian, khususnya
pada tahun 1956 dan 1957. Setelah nasionalisasi Terusan Suez, tutur
al-Ustadz Fauzi, "Saya ingat, bahwa Hizb atau mayoritas syabab Hizb, tak
seorang pun di antara mereka yang selamat dari penganiayaan, cemoohan,
cacian, dan pukulan. Saya masih ingat, waktu itu saya dipukuli
berkali-kali di 'Ariah. Ketika itu, calon yang akan dipilih (dalam
pemilihan parlemen) adalah Syaikh Idris. Kami singgah ke sana karena
kampanye pemilu. Para pengikut Naser dan Sosialis menyerang kami. Mereka
melempari kami dengan batu, sehingga kami terpaksa kembali. Itulah
peristiwa di 'Ariah."
Sosok Para Aktivis Hizbut Tahrir:
As-Syaikh
Ibrahim Ahmad Hind Abu Mundzir, menyatakan bahwa urusan (dakwah) ini
gampang-gampang susah, seperti kalau Anda mengukir di padang pasir.
Seperti yang pernah disampaikan Syaikh Taqiyuddin, rahimahu-Llah,
"Anda mengukir di padang pasir, meskipun peralatan-peralatan kita, yaitu perlengkapan pemikiran, jauh lebih kuat."
Abu
Ahmad Hind sendiri mempunyai pengalaman langsung membagikan selebaran
(nasyrah) dari tangan ke tangan, pada tahun 1952 dan 1953.
As-Syaikh
'Abbas bin al-Haj, menuturkan pengalaman sosok as-Syaikh Ahmad Da'ur,
rahimahu-Llah. as-Syaikh Ahmad Da'ur adalah sosok dari jamaah ini yang
banyak mendapat siksaan fi sabilillah dan dalam berdakwah. Sosok ini
untuk beberapa waktu ditugaskan ke Suriah, dengan menaiki kendaraan.
Ketika sudah berada di al-Mafradh, wilayah ar-Rumtsa, ada sejumlah
polisi membikin brikade dengan tugas sebagai pasukan anti-narkoba.
Akhirnya mereka menangkap as-Syaikh Ahmad Da'ur. Mereka mengatakan, "Ini
Syaikh Ahmad." Mereka pun kembali ke penjara.
Beliau bertahun-tahun
lamanya mendekam di penjara. Alhamdulillah, orang-orang Sosialis yang
berada di dalam penjara, di al-Mahatthah, akhirnya menjadi para
pengemban dakwah. Beliau mengatakan, ”Melalui penjara tersebut, seruan
Allah dipenuhi... Mereka menyediakan urusanmu, menyediakan sejadah. Saya
lebih suka di penjara, ketimbang bebas dari penjara. Karena orang-orang
yang ada di penjara jauh lebih menghormati saya, ketimbang orang-orang
di luar sana."
Demi Allah, Syaikh Abdul Qadim sendiri, dan juga
Syaikh Taqiyuddin, masing-masing telah mengajarkan kepada kami, tutur
as-Syaikh 'Abbas al-Hajj tentang al-fida' dari Syaikh Ahmad Da'ur, yaitu
pelajaran yang bisa kita ambil dari beliau tentang kesabaran.
Sikap Berani Menentang Kebatilan
Al-Ustadz
Fauzi Sinnuqarth, menyatakan bahwa sikap seperti ini, misalanya, yaitu
sikap berani Hizb dan tegar dalam memegang kebenaran, adalah seperti
sikap yang ditunjukkan terhadap perjanjian Yordania. Pada tahun 1956,
Raja mengambil resiko dengan Perjanjian Yordania. Hizb ketika itu
melakukan serangan yang sangat kuat.
Perjanjian Yordania itu adalah,
perjanjian antara Inggeris dan Yordania, yang kemudian disebut
Perjanjian Inggeris-Yordania. Perjanjian yang dibikin oleh Inggeris
dengan negara-negara yang pernah dijajahnya. Ketika itu, orang-orang
paham, bahwa cengkraman Inggeris telah berakhir dari Yordania. Ketika
itu, Hizb mengatakan, bahwa perjanjian ini belum berakhir. Tetapi,
sengaja diakhiri, dan diganti dengan perjanjian baru. Raja telah
mengakhiri perjanjian ini, tetapi tidak membuangnya. Tetapi, diakhiri
untuk diganti, diubah dan dimodifikasi dengan perjanjian baru.
Wakil
Hizb di parlemen, yiatu as-Syaikh Ahmad Da'ur, di antara 40 anggota
parlemen, beliaulah satu-satunya yang membongkar semuanya tadi. Semua
anggota parlemen ketika itu mencaci dan mengecamnya. Demikian juga
masyarakat di Yordania juga menyerangnya. Mereka mengatakan, "Tidakkah
semua paham, kecuali Hizbut Tahrir. Kalian itu memang aneh."
Ini
terjadi pada 1956. Pada tahun 1958, setelah Kudeta Amerika di Irak, yang
bertujuan menggulingkan keluarga Raja, dan berhasil mendudukkan Abdul
Karim Qasim, maka pasukan Inggeris turun di bandara 'Amman dan 'Aqabah.
Orang-orang pun baru teringat apa yang pernah disampaikan oleh Hizbut
Tahrir. Mereka mengatakan, "Tidak ada paham, kecuali Hizbut Tahrir."
Sikap
yang lain, juga ditunjukkan oleh as-Syaikh Taqiyuddin kepada Raja
Abdullah. Raja Abdullah telah mendengar tentang Syaikh Taqiyuddin
an-Nabhani, dia pun mengutus orang untuk membawa beliau ke istana. Dia
mengatakan, "Apa yang kami dengar tentang Anda, ya Syaikh." Beliau pun
diam. Dia bertanya lagi, "Apa yang kami dengar tentang Anda, ya Syaikh."
Beliau pun diam. Dia pun berkata kepada beliau, "Ya Syaikh (Maksudnya,
Syaikh Taqiyuddin), apakah Anda mau berkawan, sebagaimana orang yang
menjadi kawan kami? Apakah Anda mau menjadi musuh, sebagaimana orang
yang menjadi musuh kami?" Beliau pun menjawab, "Saya telah berjanji
kepada Allah dan Rasul-Nya untuk mengambil Islam dan kaum Muslim, dan
memerangi orang-orang Kafir dan Munafik." Dia pun berkata, "Keluar..
Keluar.." Beliau pun diusir dari istana.
Orang pun tahu akan hakikat
Hizbut Tahrir yang sesungguhnya, bahwa Hizb tidak mencari dunia. Ia
hanya menyampaikan kebenaran. Ia teguh memegang sikap, pandangan dan apa
yang disampaikannya. Inilah yang pada akhirnya meningkatkan kepercayaan
umat kepada Hizb dan pemikirannya.
Hizb pernah mengelurkan
selebaran tahun 1964, ketika organisasi PLO dibentuk. Organisasi PLO
tersebut dibentuk pada tahun 1964 di atas Jabal Zaitun. Hizb
mengeluarkan selebaran, bahwa organisasi ini dibentuk untuk membersihkan
Krisis Palestina. Orang-orang pun mengikuti Hizb dan pandangan ini.
Kemudian mulai tampak aksi fisik, aksi Fidayen, dan keberadaan Fidayen
menjadi besar di kalangan anak-anak, di bagian Timur Yordania dan
Libanon. Aksi Fedayen ini juga harus dihadapi dan dibongkar dengan penuh
kejujuran dan keberanian oleh Hizbut Tahrir.
Menurut as-Syaikh
Fathi Salim, isu yang pertama kali diadopsi oleh Hizb memang isu
Palestina. Hizb mengadopsi Isu Palestina ini dengan segala aspeknya.
Resiko Perjuangan
Jurubicara
Hizbut Tahrir Sudan, al-Ustadz 'Utsman Abu Khalil, menyatakan bahwa hal
yang alami, kalau aktivitas ini akan menghadapi perlawanan dari para
antek penjajah dan orang-orang Kafir, karena mereka tahu bahwa dakwah
ini yang pertama-tama adalah untuk mengembalikan umat dalam posisi kedua
menjadi umat nomer satu, dan mengembalikan negara Islam menjadi negara
nomer satu. Sementara para antek penjajah itu hanyalah mempertahankan
kursi mereka.
Mereka juga tahu, bahwa dakwah yang diserukan oleh
Hizbut Tahrir adalah dakwah ---sekalipun menjadi kewajiban umat--- yang
nota bene merupakan perjuangan umat, yang selalu dinanti dan diharapkan.
Karena itu, mereka pun ketakutan dan gemetar, sehingga mereka berusaha
mempertahankan mati-matian kursinya. Maka, mereka pun melakukan
konspirasi jahat terhadap Hizb, seperti penindasan dan pembuangan.
Sejak
pertama kali, mereka pun telah melakukan tindakan kepada syabab,
kemudian mereka berusaha memutus penghasilan mereka, dan diisolasi
hingga dibentuklah pengadilan bohong-bohongan, menipu dan memancung
syabab. Ada juga sebagian negeri Islam yang melakukan pemenjaraan tanpa
proses pengadilan. Ini yang terjadi dengan Hizb, tetapi Hizb tetap
bertahan hingga dimunculkannya ide-ide bohong, sebagai upaya untuk
menghakimi secara terbuka terhadap semua musibah yang pernah dialami
oleh Hizb, dan semua aktivitas Hizb.
Sosok Amir Hizb Kedua
Pada
tahun 1978, Syaikh al-Azhar yang baru, yaitu as-Syaikh Abdul Qadim
Zallum, memimpin Hizb untuk jangka waktu kurang lebih seperempat abad.
Hizb telah mengalami tranmisi secara kuantitatif dan kualitatif, dimana
Hizb berjuang di lima benua. Sel-selnya pun mulai berkembang. Para
pendukungnya pun bertambah hingga mencapai jutaan orang. Pemikiran pokoh
Hizb pun tersebar luas, yaitu pemikiran untuk menegakkan Khilafah
Islam, menjadi buah bibir. Pemikiran itu pun berkembang di dunia Islam
dengan sangat cepat, yang mengalami tranmisi dari satu tempat ke tempat
lain, laksana angin dan cahaya. Pemikiran Hizb pun mengakar di setiap
negeri Muslim. Seiring dengannya, mengakar pula aktivitas politik Islam,
setelah sebelumnya dilarang.
Al-Ustadz Fauzi Sinnuqarth, menuturkan
sejarah singkat as-Syaikh Abdul Qadim. Beliau berasal dari kota
al-Khalil. Ayahnya, Syaikh Yusuf Zallum. Ayahnya, as-Syaikh Yusuf
penghafal al-Qur'an al-Karim, dan pernah mendoakan anaknya, yaitu
as-Syaikh Abdul Qadim sendiri agar menjadi orang shalih dan hafal
al-Qur'an. Dan Allah telah mengabulkan doanya.
Keluarga as-Syaikh
Abdul Qadim, adalah keluarga yang banyak berkorban dan berjuang untuk
dakwah. Semuanya pernah menerima ujian dan dianiaya di jalan Allah,
dengan penganiayaan yang luar biasa. Al-Ustadz Fauzi Sinnuqarth menyebut
mereka, bahwa mereka itu ibarat keluarga Yasirnya zaman ini. Inilah
keluarga beliau.
Saksi sejarah yang lain, as-Syaikh Fathi Salim
menuturkan, ketika almarhum as-Syaikh Abdul Qadim Zallum, amir Hizb yang
kedua menjadi amir, urusan Hizb dalam kondisi stabil. Karena itu, Hizb
mengalami tranmisi. Dengan kata lain, mulai terjadi penyebaran yang
sangat cepat, dan keluar (dari dunia Arab) hingga sampai ke berbagai
penjuru dunia. Artinya, dakwah Hizbut Tahrir bisa ditemukan di berbagai
tempat, di mana. Di setiap penjuru dunia ada syabab. Ada berbagai kajian
atau halqah, berbagai selebaran (nasyarat) dan seterusnya. Maka, jasa
Syaikh Abdul Qadim Zallum, amir yang kedua adalah penyebaran Hizb dan
perluasan aktivitas Hizb dan organisasinya.
Al-Ustadz 'Utsman Abu
Khalil, menyatakan bahwa as-Syaikh yang baru ini telah berjuang untuk
Islam dan wafat demi Islam. Namun, seorang tokoh boleh saja meninggal
dunia, sementara pemikirannya tetap ada (tidak hilang). Berbagai
aktivitasnya yang agung juga tetap, tak pernah sirna, demi agama Islam
yang agung ini, dan demi mereka. Berbagai kebaikan yang mereka buka pun
abadi, sebagaimana cahaya yang melintasi sejarah. Umat ini pun tak
pernah punah, juga para tokoh yang memimpinnya untuk menunaikan amanat
ini, yang membimbing mereka meraih kebaikan, dan berusaha menerangi
jalan mereka, meraih jalan yang lurus. Dan as-Syaikh kita ini adalah di
antara mereka.
Suksesi Kepemimpinan Berikutnya
Telah wafat
as-Syaikh Zallum, yang mengabdikan hidupnya untuk Islam dan meninggal
dunia demi Islam pada tahun 2003. Namun, seorang tokoh boleh saja
meninggal dunia, sementara pemikirannya akan tetap abadi, dan amalnya
pun tak pernah sirna. Kemudian setelah itu, kepemimpinan Hizb diterima
oleh al-'Alim 'Atha' Abu Rusythah.
Beliau telah mengikuti langkah
perjuangan, dan tetap memegang kendali Hizb yang tinggi ini, yang
bertekad untuk mendirikan negara Khilafah, dan bertekad mengenyahkan
semua rintangan yang menghalangi tercapainya tujuan yang berharga dan
mulia ini.
Melalui kepemimpinan al-'Alim 'Atha' Abu Rusythah, Hizb
telah melakukan berbagai aktivitas politik dan intelektual yang luar
biasa. Menunjukkan adanya kegairahan dan kecepatan. Yang terpenting, dua
tahun sebelumnya, syabab Hizb telah menyebarkan seruan kepada umat
Islam serentak di 25 negara. Al-'Alim 'Atha' Abu Rusythah telah
menyerukan seruan tersebut dengan suaranya:
Wahai kaum Muslim!
Inilah seruan kami kepada saudara, sebagai pelajaran, peringatan, dan kabar gembira.
Pelajaran
kepada saudara akan kemuliaan yang pernah saudara nikmati ketika
Khilafah masih ada, dan kehinaan yang saudara pernah alami, setelah
lenyapnya Khilafah.
Peringatan kepada saudara, bahwa saudara
sebenarnya mampu mengalahkan kaum kafir penjajah dan anak asuhnya,
negara Yahudi. Bahkan, dengan izin Allah, saudara akan menjadi umat yang
terkuat dan paling mulia di seantero dunia ini. Itu hanya bisa terjadi
jika saudara berhasil mendirikan Khilafah saudara, dan saudara pun
mendapatkan ridha Tuhan saudara, dan berarti saudara telah menyiapkan
kemuliaan saudara.
Saudara kabar gembira itu adalah, karena Hizbut
Tahrir terus berjanji kepada Allah, Rasul-Nya dan orang-orang Mukmin
untuk melanjutkan perjuangannya demi tegaknya Khilafah. Sementara
Rasulullah saw sendiri telah memberikan kabar gembira kepada saudara
akan kembalinya Khilafah, yaitu Khilafah Rasyidah. Hizb sangat yakin
akan berdirinya Khilafah, dan masanya itu —dengan izin Allah—
benar-benar telah tiba.
Maka, bergabunglah dengan Hizb untuk
mendirikannya, maka saudara pasti akan mendapatkan kebaikan dan pahala
bersamanya. Ikut mendirikan Khilafah tidak sama dengan setuju kepada
Khilafah setelah Khilafah berdiri. Jangan sampai saudara kehilangan
kesempatan penting ini. Karena berjuang bersama Hizb sebelum Khilafah
berdiri, jelas berbeda dengan berjuang dengan Hizb, setelahnya.
Inilah penjelasan kepada umat manusia, petunjuk dan peringatan bagi orang-orang yang bertakwa.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Urgensi Khilafah dan Kewajiban Umat
Al-Ustadz
'Utsman Abu Khalil menyatakan, bahwa sesungguhnya Khilafah merupakan
keniscayaan. Orang-orang yang mengatakan, bahwa Khilafah itu utopis
sebenarnya mereka adalah orang-orang lemah dan pemalas. Tapi, bagi kita
yang Mukhlis mengimani Allah dan kabar gembira dari Nabi saw. yakin
betul bahwa Khilafah akan kembali, dan eranya telah tiba dan inilah
saatnya. Sesungguhnya kebaikan akan membuktikannya di seluruh dunia,
berdasarkan keyakinan kepada Allah dan berdasarkan dekatnya waktu
penyerahannya, insya Allah. Cukuplah bagi kita sebagai pendorong, sebuah
hadits Rasulullah, yang menyatakan bahwa Khilafah akan kembali di akhir
zaman. Khilafah Rasyidah, berdasarkan tuntunan Nabi, yaitu kekhilafahan
seperti Khilafah Rasul.
Al-'Allamah as-Syaikh Abu al-Hasan
al-Anshari menyatakan, bahwa jika demikian, yang dituntut dari umat
adalah membantu Hizb, berpihak kepadanya, melindungi Hizb, karena Hizb
tidak berjuang kecuali di tengah-tengah umat. Jadi, Hizb berasal dari
umat, di tengah-tengah umat dan untuk umat. Karena itu, yang dituntut
dari umat adalah mengetahui, bahwa Hizbut Tahrir didirikan setelah
melalui kajian yang mendalam dan cemerlang terhadap Sirah Nabawiyah
(perjalanan hidup Nabi), serta mengikuti langkah-langkah Rasulullah saw.
Setelah terbukti konsisten, sejak dibentuk pertama kali hingga
sekarang, maka umat harus mengetahui bahwa Hizbut Tahrirlah pengemban
cita-cita umat yang sejati. Hizbut Tahrir tidak pernah mengubah,
mengalami perubahan dan pergeseran, tidak juga bisa ditawar dan menawar,
serta tak seorang pun bisa mengenyahkannya. Ini membuktikan
keikhlasannya, dan perjalanannya untuk meraih tujuan sebagai perjalanan
yang bersih.
Keberhasilan Hizb
Hizbut Tahrir telah mengalami
perkembangan yang luar biasa dalam kiprah politik dan perjuangannya
untuk mencapai terealisasinya tujuan, yang menjadi tujuan didirikannya
Hizb. Hizb telah berhasil mengembalikan kepercayaan umat kepada Islam
politik serta kewajiban untuk mengembalikan negara Khilafah. Dengan
taufik dari Rabb semesta alam, Hizb juga mempunyai andil dalam
meruntuhkan Sosialisme, Sekularisme dan Nasionalisme, dan
menyingkirkannya dari jalan. Hizb telah menyiapkan UUD dan hukum-hukum
untuk umat dalam rangka melakukan perubahan mendasar ketika negara
Khilafah berdiri, dari kehidupan yang dicengkram dengan pemikiran dan
sistem Kufur menuju kehidupan Islam yang sempurna, yang diperintah
berdasarkan pemikiran dan hukum yang bersumber dari Kitab Allah dan
sunnah Nabi-Nya saw.
Hizbut Tahrir adalah satu-satunya partai, yang
lebih dari setengah abad, tidak pernah mengubah konsep dan metodenya.
Namun tetap teguh berpegang pada sikapnya, dan tidak pernah mengalami
pergeseran sedikit pun. Dengan begitu, justru kekuatannya semakin
meningkat, dan tinggal Hizbut Tahrirlah satu-satunya yang tidak pernah
mengubah dan mengganti prinsip-prinsip perjuangannya secara mutlak. Bagi
Hizb, pemikirannya telah menjadi rahasia hidup dan kelangsungannya. Di
depannya tak ada lagi yang lain, kecuali tercapainya tujuan Hizb. Dengan
izin Allah, itu hanyalah tenggat waktu yang singkat, hingga Hizb
berhasil memerintah berdasarkan apa saja yang telah diturunkan oleh
Allah, serta menegakkan negara Khilafah yang kedua, berdasarkan tuntunan
Nubuwwah, sebagai bukti akan kebenaran sabda Nabi saw.
"Kemudian akan ada Khilafah berdasarkan tuntunan kenabian."
Islam
pun akan tersebar di seluruh penjuru dunia, sehingga tak tersisa satu
rumah pun, baik di kota maupun di desa, kecuali pasti akan dimasuki oleh
Islam, dengan kemuliaan yang memuliakannya, atau kehinaan yang
menghinakannya.
Arti Khilafah Bagi Hizbut Tahrir
Akhirnya,
al-Ustzdz 'Utsman Abu Khalil menyatakan, bahwa negara Khilafah,
pertama-tama bagi Hizb bukanlah utopis. Namun, ia berarti sebuah
keyakinan. Yang bagi umat, berarti partainya yang melindungi mereka dari
konspirasi jahat musuh, dan Hizb menjadi pengurus mereka dan rahasia
mereka. Bagi dunia, Hizblah yang akan menyelamatkannya dari berbagai
nestapa dan derita, dimana semua umat manusia, di seluruh dunia, akan
hidup dalam kebaikan.
Ketika as-Sayikh Ibrahim Ahmad Hind ditanya,
tentang bagaimana gambaran hidup dalam naungan Negara Khilafah? Beliau
menyatakan, "Saya seperti dilahirkan kembali, ketika masanya telah tiba.
Artinya, kita akan menjadi terlahir kembali. Allah akan memuliakan kita
dengan kemenangan yang agung, jauh lebih besar dari apa yang telah kita
dapat, dan jauh lebih banyak ketimbang apa yang telah kita perbuat."
Seruan dan Doa:
Anda
tidak akan dibiarkan begitu saja. Ingat, setelah hari ini, masih ada
hari esok. Ingatlah, Anda akan menjadi penghuni Huwwah (liang lahat).
Ingat, itu tak lain adalah kuburan. Maka, siapkanlah segala kekuatan
yang Anda mampu siapkan untuk menghadapinya. Ingatlah, bahwa takwa itu
adalah perhiasan Nabi Anda, maka kerjakanlah. Sementara kedurjanaan
merupakan perhiasan syaitan, maka janganlah Anda ambil. Ingatlah, telah
ditegakkan garis tujuan yang jelas kepada Anda, dengan hujjah yang kuat;
dengan berita dari langit, dan pelajaran dari bumi.
Wahai Tuhanku,
yang tak tersentuh oleh mata, dan tak terlihat oleh seorang pengawas
pun. Merugilah usaha seorang hamba yang tidak menjadikan kecintaan
kepada-Mu sebagai bagian dari usahanya. Wahai Tuhanku, inilah keadaan
kami, yang tak satupun tersembunyi dari-Mu. Inilah ketidakberdayaan
kami, yang tampak jelas di hadapan-Mu.
Ya Allah, tolongkan kami
dengan pertolongan-Mu, untuk mewujudkan (kemuliaan agama)-Mu. Ya Allah,
tolongkan kami dengan pertolongan-Mu, untuk mewujudkan (kemuliaan
agama)-Mu. Kumpulkanlah kami dengan-Mu. Lindungilah kami dari yang lain,
selain diri-Mu, wahai Dzat yang Maha Pengasih. Ya Allah, siapa saja
yang menginginkan kebaikan untuk kami dan agama ini, maka berikanlah
taufik kepadanya dengan kebaikan. Ya Allah, siapa saja yang menginginkan
keburukan untuk kami dan agama ini, maka ambilah dia dengan keperkasaan
dan kekuasaan-Mu, karena tidak ada satupun yang bisa melemahkan
keperkasaan-Mu, wahai Rabb semesta alam. Ya Allah, sesungguhnya orang
yang menanamkan kebatilan itu telah tidur, dan waktu memanennya telah
tiba, maka mudahkanlah kekuasaan untuknya agar bisa memanen kebenaran.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar